Ingatlah selalu bahwa hasrat Anda sendiri untuk sukses lebih penting dari apa pun yang lain
-Abraham Lincoln
Sejak memiliki kemampuan untuk mengingat, aku telah terpesoma oleh keindahan. Sebagai remaja di lingkungan dengan hamparan ladang jagung yang sangat membosankan di kawasan Indianapolis, dunia fashion dan kosmetik yang gemerlapan menjadi tempat pelarian bagiku. Setiap kali aku melihat iklan dihalaman-halaman majalah perempuan, semua model sangat rupawan dengan kulit yang tanpa noda ditambah rias wajah karya para ahli dengan busana perancang terkenal, aku ingin sekali pergi ketempat-tempat eksotik yang hanya mampu kudatangi dalam mimpi.
Iklan-iklan revlon termasuk diantara yang paling kusukai. Namun, hanya ada satu masalah tidak ada satupun iklan pada zaman itu menampilkan perempuan kulit berwarna seperti aku. Kendatipun demikian, ada suara dalam hati yang membisikkan bahwa entah kapan mimpiku akan menjadi kenyataan dan aku berkarier dalam industri kosmetik.
Sedikit sekali perusahaan yang mau berusaha payah memasarkan kepada perempuan kulit hitam pada masa itu, namun inspirasiku datang dari C.J Walker, perempuan Amerika keturunan Afrika pertama yang menajdi jutawan. Dia mulai dengan dua dolar dan sebuah mimpi, tepat dikota kelahiranku sendiri. Dia menjadi kaya pada sekitar pergantian abad, dengan produk perawatan rambut miliknya sendiri yang dibuat khusus bagi perempuan seperti dia sendiri.
Aku lulus perguruan tinggi sebuah sarjana kesehatan masyarakat. Tak lama kemudian aku diterima bekerja di sebuah perusahaan farmasi dan menajdi perempuan negro pertama yang menjual produk-produk farmasi di Indiana. Banyak orang terkejut dan merasa ngeri begitu tahu bahwa aku mengambil pekerjaan itu karena seseorang perempuan negro yang menjual ensiklopedia di daerahku baru saja ditemukan tewas terbunuh. Sesungguhnyalah, dokter-dokter yang kudatangi memandangiku seolah-olah aku mahluk yang tidak normal.
Akan tetapi akhirnya keunikan justru menjadi keunggulam bagiku. Dokter-dokter dan perawat -perawat lebih mengenaliku. Dan menjungkirbalikkan efek halo negatif yang menyelubungi aku dengan menunjukkan prestasi yang lebih baik daripada rekan-rekan seprofesiku. Selain menawarkan produk-produk farmasi, aku juga menjual Girl Scout cookies dan membantu para perawat merawat wajah mereka. Mereka mulai tidak sabar menunggu kedatanganku, tidak hanya karena aku sesuatu yang baru bagi mereka, namun karena kami sama-sama menikmati kehangatan setiap kunjunganku.
Dalam waktu dua tahun, aku telah memecahkan sejumlah rekor penjualan dan memperoleh penghargaan sebagai Distinguished Sales Representative, yang sebelumnya hanya dimenangi oleh para penjual laki-laki kulit putih. Aku sedang berjuang meraih imbalan lebih tinggi dari komisi ketika tiba-tiba perusahaan memutuskan membagi wilayah penjualan menjadi dua dan merekrut seorang laki-laki kulit putih untuk mengambil tempatku. Dia tinggal menikamti buah kerja kerasku, sementara aku ditugasi menggarap wilayah lain yang memerlukan kerja keras dari awal. Pada saat itu, mimpiku dalam karier kosmetik dengan Revlon tampak jauh sekali.
Kecewa dan merasa diakali, aku mengundurkan diri dan pindah ke Los Angles. Kemudian pada suatu hari Minggu, sewaktu aku sedang mencari pekerjaan dari iklan-iklan di Los Angeles Times, aku menemukan yang aku cari: sebuah iklan baris untuk jabatan manajer regioanal di Revlon. Aku merasa senang sekali dan langsung menelepon nomor yang tercantum disitu esok paginya. Hari masih pagi sekali, tetapi suara diujung sana menyahut bahwa karena jumlah pelamar yang terlalu banyak, Revlon memutuskan tidak menerima lagi.
Aku kecewa sekali. Namun, kemudian seorang teman berkata kepadaku, "Marilyn, aku tahu kau tidak akan melepaskan pekerjaan ini. Pergilah ke sana." Nasihat itu mengilhamiku dan membulatkan tekadku untuk mengubah tantangan menjadi petualangan. Maka aku pergi ke Hotel Marriot tempat wawancara diselenggarakan. Setelah tiba disana, seorang resepsionis dengan tegas memberitahu aku bahwa aku tidak mungkin mendapatkan kesempatan untuk wawancara, apalagi mengharapkan Mr.Rick English bersedia membaca berkas lamaranku. Aku meninggalkannya sambil tersenyum. Setidaknya aku tahu nama orang yang harus kutemui.
Aku memutuskan makan siang dahulu dengan harapan bisikan dalam hati yang akan memberiku sebuah strategi baru. Betul juga, muncul gagasan untuk menceritakan situasiku kepada kasir sewaktu aku selesai makan dan akan meninggalkan restoran. Dia langsung mengangkat telepon untuk mencari tahu di kamar mana Mr English menginap. "Kamar 515," sahut sang kasir sambil berpaling kepadaku. Aku langsung berdebar-debar.
Aku berdiri diluar kamar nomor 515, berdoa, lalu mengetuk pintunya. Begitu dia membuka pintu, aku berkata," Anda belum mendapatkan orang terbaik untuk jabatan ini karena Anda belum berbicara dengan saya"
Dia tampak terkejut namun berkata, "Tunggu sebentar sampai aku menyelesaikan wawancara itu dan aku akan bicara denganmu. "Ketika aku masuk ke dalam ruangan itu, menjadi jelas dan tegas bahwa pekerjaan ini memang untukku, dan aku mendapatkannya.
Hari pertamaku di Revlon seperti mimpi yang berubah menjadi kenyataan. Mereka merekrutku untuk memasarkan sekelompok produk baru perawatan rambut yang dirancang khusus bagi orang-orang berkulit hitam. Dan setelah bekerja disana selama tiga tahun, konsumen mulai menuntut produk-produk alami yang prosesnya bebas dari kekejaman kepada hewan (cruelty-free).
Dengan sentimen publik di pihakku, disinilah peluangku! Sekali lagi aku membuka diri untuk mendengarkan suara dalam hatiku, aku membuka perusahaan kosmetikku sendiri, yang sampai hari ini terus memberiku rasa puas yang sulit digambarkan.
Aku betul-betul percaya bahwa kita jangan melepaskan harapan-harapan dan mimpi-mimpi kita. Jalanan yang kita tempuh mungkin berbatu-batu dan berkelok-kelok, namun dunia pada hakikatnya menunggu sumbangan khusus kita masing-masing sesuai tujuan kita dilahirkan. Yang diperlukan adalah keberanian untuk mengikuti bisikan-bisikan dalam hati yang membimbing kita dari dalam. Ketika mendengarkannya, yang kuharapkan adalah hal-hal yang wajar saja, tidak usah sebuah keajaiban.