Pertanyaan paling besar adalah apakah kita akan mampu memberikan jawaban ya yang tegas untuk memulai sebuah petualangan.
- Joseph Campbell
Ayahku mengatkakan kepadaku bahwa Tuhan pastilah mempunyai rencana bagiku dengan keberadaanku yang sekarang. Aku mulai mempercayainya.
Dahulu aku tipe anak yang selalu mempunyai peruntungan baik. Aku dibesarkan di Laguna Beach, California, dan aku senang berolahraga termasuk berselancar. Akan tetapi ketika banyak anak seusiaku hanya tertarik kepada televisi dan pantai, aku mulai memikirkan cara-cara yang memungkinkan aku lebih mandiri, berkelana ke seluruh negeri, dan merencanakan masa depanku.
Aku mulai bekerja ketika usia baru sepuluh tahun. Ketika usiaku genap lima belas tahun, aku mengerjakan satu hingga tiga pekerjaan sepulang sekolah. Aku mempunyai uang yang cukup untuk membeli sepeda motor baru. Padahal aku bahkan belum pernah mengendarainya. Akan tetapi setelah membayar tunai sepeda motor itu, termasuk asuransi cakupan penuh selama satu tahun, aku membawanya ke sebuah lapangan parkir dan belajar mengendarainya disana. Setelah mampu membuat angka delapan beberapa kali dengan baik, aku pulang dengan mengendarai motor itu. Setengah tahun kemudian aku telah memiliki surat izin mengendarai motor dan telah membeli sepeda motor baru lagi. Ini mengubah kehidupanku.
Aku bukan salah satu pengendara motor yang hanya bersenang-senang pada akhir pekan. Aku senang berkendara. Setiap menit waktu luang yang tersedia setiap hari aku manfaatkan untuk berkendara kira-kira seratus enam puluh kilometer sehari. Matahari terbenam dan matahari terbit tampak lebih cantik ketika dinikmati dari jalanan yang berliku di pegunungan. Bahkan sekarang, aku dapat memejamkan mata dan masih merasakan seolah-olah aku sedang berada di punggung sepeda motor, begitu wajar sehingga seolah-olah aku merasa itu lebih akrab daripada berjalan kaki. Sewaktu sedang melaju, angin sejuk membuatku merasakan relaksasi yang total. Ketika sedang menjelajah jalan raya, dalam hati aku memimpikan yang aku inginkan dalam kehidupanku.
Dua tahun kemudian, dengan lima motor baru, aku telah melahap semua jalan California. Aku membaca majalah sepeda motor setiap malam dan pada suatu malam, sebuah iklan sepeda motor BMW menarik perhatianku. Sebuah sepeda motor berlumpur dengan tas kanvas dibagian belakang sedang parkir di pinggir sebuah trotoar di depan papan reklame besar bertuliskan "Selamat Datang di Alaska". Satu tahun kemudian, aku telah berfoto dengan sepeda motor yang lebih berlumpur di depan papan reklame yang tepat sama. Ya, itu aku! Pada usia tujuh belas tahun aku telah pergi ke Alaska sendirian menggunakan motorku, menaklukan lebih dari 1600 kilometer jalanan yang berdebu.
Sebelum beranagkat untuk sebuah petualangan sejauh hampir 27.000 kilometer, teman-temanku mengatakan aku tidak waras. Orangtuaku megatakan sebaiknya aku menunggu. Tidak waras? Menunggu? Untuk apa? Sejak masih kanak-kanak aku telah memimpikan perjalanan keliling Amerika menggunakan sebuah sepeda motor. Sesuatu yang kuat dalam hatiku berkata bahwa kalau tidak melakukan perjalanan itu sekarang, aku tidak akan pernah melakukannya. Selain itu kapan aku mempunyai waktu lagi? Aku akan segera kuliah, dan kuliah dengan beasiswa akan mengharuskan aku belajar dengan serius. Setelah itu aku harus berkarier, dan barangkali berkeluarga. Aku tidak tahu apakah aku hanya memenuhi hasrat pribadi atau bahwa itu sebuah cara untuk mengubahku dari seseorang anak menjadi sesosok laki-laki. Akan tetapi yang aku ketahui adalah untuk musim panas itu, aku akan menempuh petualangan yang hanya sekali seumur hidupku.
Aku berhenti dari semua pekerjaanku, dan karena aku baru tujuh belas tahun, aku harus meminta ibuku menandatangani surat bahwa dia memberiku izin untuk perjalanan itu. Dengan bekal uang senilai 1400 dolar, dua tas kanvas, dan sebuah kotak sepatu penuh dengan peta terikat erat dipunggung sepeda motorku, lampu senter kecil, dan semangat yang tinggi, aku berangkat ke Alaska, dan selanjutnya ke Pantai Timur.
Aku bertemu dengan banyak orang, menikmati keindahan alam liar dan gaya hidup disana, makan di depan api unggun dan berterima kasih kepada Tuhan setiap hari karena telah memberiku kesempatan ini. Kadang-kadang aku tidak melihat atau mendengar seorang pun selama dua atau tiga hari dan harus bersepeda motor dalam keheningan yang tak berujung dengan suara angin yang bergemuruh pada helmku. Aku tidak bercukur, aku mandi air dingin di tempat mandi umum, kalau ada, dan beberapa kali terpaksa berkonfrontasi dengan beruang yang menghalangi perjalananku. Sungguh sebuah petualangan yang paling dahsyat!
Bahkan walaupun aku melakukan perjalanan beberapa kali lagi, tidak satu pun mampu menandingi pengalaman musim panas itu. Dia mendapatkan tempat yang sangat istimewa dalam hatiku. Aku tak pernah dapat kembali kesana, menjelajah jalan-jalan dan menikmati pemandangan di pegunungan, hutan-hutan, dan danau glester sama seperti ketika aku melakukan petualangan itu, sendirian dengan sepeda motorku. Aku tak pernah dapat melakukan perjalanan yang sama dengan cara yang tepat sama karena ketika usiaku dua puluh tiga tahun, aku mengalami kecelakaan lalu lintas di salah satu jalan di Laguna Beach, tertabrak oleh seorang pengemudi mabuk yang juga penjual narkotika, yang membuat aku lumpuh dari rusuk sampai ke bawah.
Pada saat mengalami kecelakaan,aku sedang dalam keadaan yang paling mapan, baik secara fisik maupun mental. Aku seorang perwira polisi, namun pada hari libur masih gemar bersepeda motor. Aku telah menikah dan secara finansial sudah aman. Aku telah meraih semua tadi. Namun dalam hitungan kurang dari satu detik, kehidupanku berubah secara keseluruhan. Aku terbaring di rumah sakit selama delapan bulan, diceraikan oleh istri karena tak melihat kemungkinan aku akan kembali seperti sediakala. Ketika harus belajar mengatasi nyeri yang terus menerus dalam kursi roda, aku menyaksikan semua mimpi yang pernah kusiapkan untuk masa depan meninggalkan jangkauanku. Sungguh beruntung aku, bantuan dan dukungan memungkinkan aku mengembangkan mimpi-mimpi baru dan memenuhi mimpi-mimpi itu.
Ketika kulayangkan kembali ingatanku ke perjalanan-perjalanan itu, semua jalan yang telah kutempuh, rasanya aku beruntung sekali karena mampu mengerjakan semua itu. Setiap kali pergi,aku selalu berkata dalam hati,"Kerajakan sekarang. Nikamti sekelilingmu, bahkan ketika kau sedang berada di jalanan yang tertutup kabut asap; nikamti hidupmu karena kau tak selalu bisa mengandalkan kesempatan kedua di tempat yang sama atau untuk aski yang serupa."
Sesudah kecelakaan itu, ayahku berkata bahwa Tuhan mempunyai alasan membuatku lumpuh. Aku mempercayainya. aku telah menjadi pribadi yang tangguh. Aku bekerja kembali sebagai polisi yang bertugas di kantor, membeli sebuah rumah dan menikah lagi. aku juga mempunyai usaha konsultan sendiri, dan aku seorang penceramah bayaran. Kini, setiap kali berhadapan dengan kesulitan, aku mengingatkan diri kepada semua yang pernah kuraih, semua yang masih harus kuraih, dan kata-kata ayahku.
Betul. ayahku benar. Tuhan pasti mempunyai alasan. Yang paling penting, aku mengingatkan diri untuk menikmati setiap saat dalam hari-hari yang kujalani. dan kalau ada yang dapat dikerjkan, kerjakanlah saat ini juga. Sekarang!