Angkasa adalah langit-langitku dan tanah adalah karpetku
( Judy Golladay )
Aku terlalu tua dan sudah terlambat,terus muncul berulang-ulang dalam pikiramku. Aku kehilangan semangat dan kelelaahan setelah perkawinan dan karier hukumku berakhir pada waktu yang bersamaan. Kendati memiliki hasrat yang kuat sekali untuk menjadi penulis, aku meragukan kemampuanku untuk sukses menjadi penulis. Apakah aku telah menghabiskan waktuku untuk sasaran yang keliru?
Aku sedang berada di titik yang paling rendah sewaktu suara radio mulai bercerita tentang Nenek Moses. Ann Mary Moses meninggalkan rumah pada umur 13 tahun,telah melahirkan sepuluh anak dan telah bekerja keras untuk membesarkan lima anaknya yang bertahan hidup. Karena harus hidup melalui perjuangan sangat keras di tanah pertaniannya yang tidak seberapa, dia berusaha menciptakan keindahan barang sedikit untuk diri sendiri dengan kegiatan menyulam.
Pada usia tujuh puluh delapan tahun,jari jemarinya terlalu kaku untuk memegang sebatang jarum. Alih-alih menyerah karena kehilangan kemampuan itu, dia pergi ke kandang dan mulai melukis. Pada panel-panel kayu dia secara rinci sekali menggambarkan kehidupan di pedesaan dengan olesan warna-warninya. Selama dua tahun pertama, lukisan-lukisan ini entah diberikan atau dijual dengan harga murah sekali. Akan tetapi ketika usianya tujuh puluh sembilan tahun, dia "ditemukan"oleh dunia seni dan cerita selanjutnya telah menjadi sejarah. Dia terus berkarya dengan menghasilkan lebih dari dua ribu lukisan,dam ilustrasi-ilustrasi untuk buku berjudul "Twas The Night Before Christmas" diselesaikannya dalam usianya yang keseratus!
Sewaktu mendengarkam cerita radio itu,suasana hatiku berubah. Kalau nenek Moses dapat memulai karier barunya dan sukses setelah mencapai usia delapan puluhan, hidupku masih menyimpan harapan selewat tiga puluh tahun. Sebelum acara radio itu berakhir, aku telah kembali ke komputer untuk mengerjakan novel yang hampir kutinggalkan.
Novel itu diterbitkan delapan bulan kemudian.