Aku berjalan melewati gudang sebelum masuk ke kamar tidur untuk melihat sekali lagi tumpukan tas kanvas yang menggunung disana ( tas kanvas, duffel bag, adalah kantong kanvas berbentuk sililnder dengan penutup seutas tali di bagian atas). Tiap tas berisi satu boneka binatang, dengan secarik kertas berisi catatan kecil yang sengaja kusertakan. Tumpukan tas itu hampir menyentuh langit-langit. Karena terdiri atas lebih dari lima ribu tas, cukup untuk tiap anak asuh di tiga negara bagian Amerika Serikat. Mimpiku menjadi kenyataan sebuah peristiwa besar dalam hidupku.
Setelah masuk ketempat tidur, tepat sebelum tidur, aku memejamkan mataku, membayangkan saat ketika semua itu baru dimulai... ketika aku memperoleh gagasan untuk mimpi itu....
Aku telah duduk dikelas dua ketika pergi bersama dua kakak dan kedua orang tuaku di Paris, Prancis. Kakak-kakakku, Brock dan Cory, serta aku telah mengikuti sebuah kontes mengarang tentang apa yang kami perbuat untuk mengubah dunia menjadi sebuah tempat yang lebih baik untuk hidup. Kami menang dan terpilih dan kami terpilih sebagai tiga diantara sepuluh anak yang mewakili Amerika Serikat di Children's World Summit. Sembilan ratus anak dari seluruh dunia telah terpilih untuk saling bertemu dan berbincang-bincang tentang berbagai masalah dunia. Kami bertukar pikiran tentang gagasan-gagasan untuk memcahkan masalah-masalah didunia sekarang ini serta menikmati banyak sekali acara yang menyenangkan selama hari-hari kebersamaan itu.
Sewaktu aku disana, aku bertemu dengan dua anak asuh. Mereka dua anak laki-laki, dan setelah berkenalan dengan mereka, aku mengetahui banyak hal tentang yang biasa dihadapi oleh anak-anak asuh ( foster-care kids ). Mereka bercerita bahwa ketika terpaksa menjadi anak asuh, mereka tidak hanya kehilangan orang tua dan rumah mereka juga dipisahkan dari saudara atau saudari mereka. Tidak semua orangtua asuh bersedia mengurus seluruh anak yang berasal dari keluarga. Anak-anak asuh juga kehilangan sebagian besar mainan serta pakaian mereka. Mereka bercerita kepadaku bahwa ketika anak-anak itu diambil dari rumah mereka oleh pekerja sosaial, mereka hanya diberi sebuah kantong sampah untuk membawa beberapa barang milik mereka. Kantong sampah ini pula yang dibawa oleh anak-anak asuh ketika mereka berpindah-pindah dari orangtua asuh satu ke orangtua asuh lain.
Aku merasa sedih sekali ketika mendengar cerita ini. aku bahkan tidak mampu membayangkan kehidupan macam apa yang akan kujalani tanpa keluarga dan rumahku, apalagi sampai harus hidup dengan harta milik hanya sekantong sampah. Kantong sampah ya untuk sampah, bukan untuk anak-anak menyimpan harta milik mereka.
Sepulang ke rumah dari Prancis, aku menonton sebuah film di luar jam sekolah yang bercerita tentang seorang perempuan yang hidup sebagai anak asuh. Kisahnya sama persis dengan yang telah diceritakan kepadaku oleh anak-anak di Children's World Summit, dan itu membuatku menangis. Saat itu juga memutuskan ingin membantu anak-anak asuh. Anak-anak pungut itu memerlukan bantuanku, sebab mereka tidak diperlakukan dengan hormat sebagaimana yang seharusnya.
Seluruh keluargaku telah berniat mejadi sukarelawan. Brock dan Cory telah memulai sebuah proyek setelah mereka menonton sebuah film ditelevisi tentang beberapa orang anak yang tewas dalam sebuah kebakaran. Anak-anak itu tewas karena petugas pemadam kebakaran tidak mempunyai kamera khusus yang dapat melewati asap untuk menemukan orang dalam sebuah rumah yang kebakaran. Kedua kakakku memulai proyek yang disebut Project Rescue Vision dalam tahun 1996 untuk menggalang dana yang diperlukan oleh dinas pemadam kebakaran kota kami. Tentu saja, aku pun ikut membantu.Waktu itu usiaku baru empat tahun, maka aku diberi jabatan "Kepala Bagian Seni". Tugasku adalah mewarnai semua amplop yang diisi dengan brosur. Aku membantu mereka sampai usiaku tujuh tahun. Setelah itu aku mulai dengan proyekku sendiri untuk anak-anak asuh.
Aku mengawali proyekku dengan meminta ibuku berhenti di tempat-tempat penjualan obral ketika aku melihat mereka menawarkan kopor-kopor dan tas kanvas (duffel bag ). Aku akan bercerita kepada para pemilik tempat penjualan obral tentang yang akan aku perbuat dengan tas-tas itu, dan kebanyakan diantara mereka memberikan tas-tas yang kumaksudkan itu secara cuma-cuma. Aku mencoba berpikir seolah-olah aku sendiri seorang anak pungut, maka terpikir olehku sebuah gagasan untuk memasukkan sebuah boneka binatang dari kain perca kedalam tas tersebut. Aku membayangkan bahwa andai aku berada dalam situasi yang sama aku akan menginginkan seseorang atau sesuatu yang dapat kupeluk-kupeluk sewaktu aku sedang bersedih dan merasa kesepian karena kehilangan orang tuaku. Orang pun sering memberikan boneka itu secara cuma-cuma kepadaku.
Dalam bulan Oktober 1998, aku membantu mengorganisasikan sebuah acara promosi selama perayaan yang disebut "Make a Difference Day". Beberapa anggota kongres dan senator ikut hadir untuk memberikan dukungan mereka, dan aku melahirkan sebuah gagasan agar setiap orang menyediakan tangan mereka untuk dicat kemudian membuat cetakan telapak tanagn mereka pada sebuah spanduk besar untuk menunjukkan bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang berbeda hari itu. Aku mengajak semua anak yang ada untuk membantuku mengecat tangan-tangan semua orang. Lucu sekali menyaksikan tokoh-tokoh penting membiarkan tangan mereka dicat.
Senator-senator dan anggota kongres itu kembali ke Washington dan bercerita kepada sesama mereka tentang proyekku, dan tak lama kemudian sebuah perusahaan bernama Freddie Mac memberikan sebuah hibah kepadaku berupa dana senilai lima ribu dolar. Aku orang paling muda yang pernah menerima sumbangan dana dari mereka. Karena hibah ini, kisah tentang aku dan proyekku pernah tampil dihalaman depan Washington Post. Kemudian sesuatu yang paling menakjubkan terjadi. Presiden dan Mrs Clinton membaca tentang aku dan ingin bertemu denganku. Aku bahagia sekali! Mereka begitu baik, maka aku memberi Pak Presiden salah satu tasku dengan satu boneka Beanie Baby di dalamnya untuk diberikan kepada anak pungut mana pun yang dia jumpai. Beberapa hari kemudian, dia mengirimkan beberapa tas kepadaku dari koleksinya sendiri untuk diberikan kepada anak-anak pungut, dan aku melaksanakan keinginannya.
Proyekku berkembang dengan pesat berkat perhatian semua media. Stasiun-stasiun radio meneleponku untuk wawancara tentang kegiatanku dan beberapa pertunjunkkan televisi telah menghadirkan aku. Lebih banyak orang lain mendengar tentang aku dari wawancara televisi dan radio dari mulut ke mulut, dan mereka menghubungi aku untuk menawarkan bantuan.
Setiap minggu aku memlepon teman-teman dan keluargaku untuk menanyakan apakah mereka bersedia datang dan mengumpulkan tas bersama-sama. Aku selalu mendapatkan bantuan dari bnayak orang. Bahkan teman-teman kelasku ikut membantu. Guruku mengumumkan didepan kelas kegiatan yang aku kerjakan, dan banyak yang menyumbangkan boneka binatang serta tas kanvas ke sekolah. Ada salah satu temanku yang membawa sepuluh tas penuh dengan boneka binatang!
Pada tiap tas, aku menaruh sebuah kartu gantung rancanganku. Di bagian depan kartu itu ada gambar seorang anak perempuan sedang menarik kopor beroda. Dalam tiap tas kanvas, aku memasukkan sebuah boneka binatang dan catatan khusus karanganku, yang memberitahukan bahwa aku sayang dan peduli kepada meraka. Ibuku membantuku mengetikkan catatan sebagai berikut:
Teman-temanku yang baik,
Halo, namaku Makenzie Snyder. Usiaku sembilan tahun dan aku duduk di kelas tiga. Aku mengumpulkan kopor dan tas kanvas sebagai aksi kepedulianku kepada anak-anak yang membutuhkan mereka. Tuhan mengatakan kepadaku bahwa kamu dapat menggunakan tas kanvas dan boneka binatang maka aku mengirimkan ini sebagai rasa sayang kepadamu. Aku ingin kamu selalu tahu bahwa ada yang menyayangi kamu, terutama aku. Dan, ingatlah sealu untuk bersikap positif, ramah, dan tidak pernah menyerah.
Salam sayang dari temanmu,
Markenzie Snyder
Setelah tas-tas itu diisi boneka, aku menelpon pekerja sosial, memberitahu bahwa mereka dapat datang untuk mengambil tas-tas dan menyerahkan kepada anak-anak asuh. Aku memperoleh banyak dukungan dari beberapa perusahaan besar, sekolah, gereja, organisasi dan perorangan yang telah menyumbangkan uang, atau mengirimkan tas boneka binatang. Aku bahkan pernah tampil di Rosie O'Donnell Show! Beberapa ribu tas telah dikirimkan sejauh ini, dan sekarang aku telah mempunyai lima ribu tas lagi yang siap untuk dikiirmkan, digudang rumah orang tuaku. Tas-tas itu akan dikirimkan kepada anak-anak di Maryland,
Washington, D.C, dan Virginia.
Aku telah mendapatkan banyak bantuan dari banyak orang, namun yang paling penting adalah dari orang tua dan kakak-kakakku. Kakakku Brock telah menemukan nama yang tepat untuk proyekku. Katanya aku harus menyebutnya "Children to children" sebab proyek ini bercerita tentang anak-anak yang menyadari kebutuhan anak-anak lain dan membantu mereka memenuhi kebutuhan itu. Kakak-kakakku juga telah memberiku saran untuk selalu mengirimkan ucapan terima kasih kepada siapapun yang telah membantuku. Mereka mengatakan bahwa aku harus bekerja keras, menelepon atau menyurati mereka, dan jangan sampai menyerah... dan memang, aku belum menyerah.
Aku tahu bahwa ini permulaan. Ada 530.000 anak asuh di Amerika Serikat. Mimpiku adalah memberikan tas kanvas dan boneka binatang kepada semua anak asuh di Amerika Serikat. Aku tahu itu dapat dilakukan jika setiap orang bersedia membantu. Ini sebuah kerja keras namun aku tak pernah merasa bosan. Aku teringat anak perempuan dalam film yang pernah aku tonton. Andai dia pernah menerima salah satu tas kanvasku, dia akan tahu ada seseorang diluar sana yang perduli terhadap apapun yang terjadi kepadanya. Aku tidak ingin ada anak, dimanapun mengalami nasib seperti anak perempuan di film, atau dua anak laki-laki di Paris. Dari anak-anak kepada anak-anak lain inilah inti proyekku.